Orangtua Harus Paham, Anak Picky Eater Berisiko Kekurangan Gizi

Senin, 19 November 2018 - 18:48 WIB
Orangtua Harus Paham, Anak Picky Eater Berisiko Kekurangan Gizi
Orangtua Harus Paham, Anak Picky Eater Berisiko Kekurangan Gizi
A A A
ANAK picky eater berisiko kekurangan gizi, bahkan stunting. Faktanya, 75% picky eater mulai menolak makan pada tahun pertama kehidupan hingga usia 2 tahun.

Bagaimana orangtua menyikapinya? Nagita Slavina merasa bingung menghadapi sang anak, Rafathar, yang mengalami gejala picky eating. Putranya yang dia panggil dengan sebutan Aa itu menolak makan dan lebih memilih susu. “Kankalau banyak minum susu jadi cepat kenyang dan makannya berkurang,” ujarnya.

Menghadapi anak yang suka mogok makan atau pilih-pilih makanan (picky eater) memang tidak mudah. Namun, psikolog anak Tari Sanjojo menyarankan orang tua untuk tidak panik menghadapi gejala picky eater, meski tidak boleh juga menganggap sepele. Picky eater bila tidak diatasi dengan cepat dapat menyebabkan anak malas makan dan pada akhirnya mengakibatkan anak cepat lesu, tidak bersemangat, kurang konsentrasi, bahkan sakit.

“Kondisi ini sangat mengganggu aktivitas fisik anak. Seharusnya anak bersemangat mengeksplorasi banyak hal agar tumbuh sehat dan cerdas,” ungkap Tari dalam acara Peluncuran Susu Curcuma Plus yang diadakan SOHO Global Health. Bukan hanya itu, picky eater juga bisa mengakibatkan anak terasingkan dari pergaulan karena dia pilih-pilih makan atau menghindari makan. Meski begitu, para ahli berpendapat, picky eating normal terjadi pada anak-anak.

“Bereaksi berlebihan pada hal ini atau memaksa anak makan malah tidak akan berhasil,” kata Lee Gibson PhD, Direktur Clinical and Health Psychology Research Centre di University of Roehampton in London, dikutip Nbcnews.com. Dia menambahkan, kepanikan orang tua tidak akan membantu.

Lebih baik belajar dari contoh, selalu bersikap positif ketika menawari anak makan, dan katakan bagaimana Anda amat menyukai makanan ketika meminta anak untuk makan. Sementara itu, spesialis anak Tanya Altmann MD mengingatkan, picky eater bisa berisiko stunting atau kurang nutrisi hingga masalah kesehatan lainnya.

“Maka itu, penting bagi anak untuk mengembangkan hubungan baik dengan makanan sejak kecil. Kalau itu tidak terjadi, anak bisa memiliki masalah berat badan dan gangguan makan kelak,” kata jubir American Academy of Pediatrics ini.

Sosiolog Dina Rose PhD memberikan beberapa tips untuk mengatasi anak picky eater, di antaranya terus memberikan anak satu makanan sampai akhirnya menyukainya. Penelitian menyebutkan, butuh 12 kali pemberian makan hingga akhirnya anak menyukainya. Anak juga bisa diajak untuk menyiapkan makanannya sehingga dia lebih tertarik. Agar tidak jenuh, Dina menyarankan memberi anak menu yang bervariasi.

“Banyak orang tua bilang anak saya cuma suka kacang polong, maka itu terus yang diberikan. Pada akhirnya, mindsetanak akan terbentuk bahwa monoton adalah normal. Sebaliknya, anak harus diberi menu bervariasi, bahkan tanyakan dia mau makan apa. Ini juga akan mengajari anak membuat keputusan,” kata Dina.

Picky eater bisa disiasati dengan merangsang nafsu makan anak menggunakan temulawak. Temulawak atau Curcuma xanthorrhizaadalah tanaman yang menghasilkan rimpang atau umbi akar yang berkhasiat sebagai tumbuhan herbal (tumbuhan obat).

Temulawak memiliki beragam manfaat, mulai menjaga nafsu makan, menyehatkan pencernaan, menjaga kesehatan hati, menjaga daya tahan tubuh, hingga mencegah penyakit kanker. Manfaat temulawak telah terbukti secara turuntemurun dan terpublikasi di berbagai jurnal ilmiah.

Soho Global Health meluncurkan Susu Curcuma Plus untuk membantu memenuhi kebutuhan nutrisi dan membantu anak makan lahap bergizi seimbang sehingga tumbuh kembang anak bisa optimal. Sylvia A Rizal, Vice President Marketing SOHO Global Health, menjelaskan, tidak hanya memberi nutrisi, dengan mengonsumsi Susu Curcuma Plus, anak diharapkan tetap makan bergizi seimbang untuk memenuhi kebutuhan gizinya.

“Susu Curcuma Plus hadir bukan sebagai pengganti makanan, melainkan membantu anak tetap makan lahap dengan ragam makanan yang bergizi. Diharapkan ketika anak makan bergizi seimbang, kebutuhan gizi hariannya akan terpenuhi dan dapat mendukung maksimalnya pertumbuhan dan perkembangan anak,” ungkap Sylvia.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3744 seconds (0.1#10.140)